Wawancara pasti
sering kita lakukan, baik secara formal maupun informal. Wawancara informal
mungkin lebih kita lihat sebagai percakapan biasa dan tidak terlalu memerlukan
laporan. Laporan diperlukan mungkin dalam konteks tertentu. Namun, bagi
wawancara formal, laporan hasil wawancara harus dibuat karena berisikan hasil
wawancara itu sendiri dan hal tersebut sangatlah penting.
Dalam laporan hasil
wawancara, kita harus mencantumkan waktu berlangsungnya wawancara, tempat, dan
biodata subyek. Waktu yang dicatat adalah saat wawancara dimulai dan saat
berakhirnya wawancara itu. sedangkan, biodata subyek diisi dengan inisial nama
subyek dan alamat secara umum. Misalnya, inisial nama : K.H, padahal nama
aslinya adalah Kevin Horrison, dan alamatnya adalah Tanjung Duren. Alamat dan
nama subyek tidak perlu sampai ditulis secara lengkap karena informasi tentang
biodata subyek perlu dijaga.
Setelah itu, inti dari laporan terdapat pada
hasil wawancara, observasi subyek, dan refleksi sebagai pewawancara. Perlu diingat bahwa hasil wawancara itu
berisikan cerita subyek selama wawancara berlangsung. Jadi, kita menuliskan
rangkuman cerita subyek secara sistematis. Observasi yang dicatat pun tidak
perlu sampai men-detail sekali. Akan tetapi,
bahasa yang digunakan harus konkret, spesifik, dan faktual. Misalnya, muka
subyek pucat dan keringat dingin yag kita catat, bukan menuliskan kesimpulan
bahwa subyek sedang ketakutan. Selain itu, kita perlu menuliskan refleksi
sebagai pewawancara seperti apa kekurangan kita selama kita melakukan proses
wawancara. Kekurangan bisa sering terjadi apalagi bagi kita yang masih pemula. Maka
dari itu, kita perlu banyak berlatih untuk melakukan wawancara yang baik dan
benar. Jangan lupa pula untuk membuat laporan hasil wawancara itu sendiri!
~ Laporan sebaiknya dibuat tidak secara subyektif..
No comments:
Post a Comment