Ternyata bukanlah
hal yang mudah untuk menjadi seorang psikolog. Banyak teori yang harus dikuasai
yang nantinya akan diterapkan dalam melakukan konsultasi dengan klien. Ada pula
berbagai teknik assessment yang juga
perlu dikuasai dan diasah seperti observasi, wawancara, dan alat tes (baik
formal dan informal). Sebagai psikolog, semua hal itu harus dipegang atau dapat
dikatakan menjadi bekal untuk kita. Dalam pengadministrasian alat tes, kita
harus menginstruksikan tes sesuai standar prosedur tertentu, seperti
menggunakan bahasa yang baku dan mengucapkan instruksi dengan jelas. Observasi dan
wawancara dapat diasah dengan pengalaman kita, tetapi mungkin tidak hanya dalam
sekali atau dua kali pertemuan dengan klien, mungkin diperlukan ratusan kali. Perlu
pula untuk seorang psikolog membina rapport
atau hubungan yang baik dengan klien dan membuat klien yang datang itu nyaman. Selain
itu, rahasia klien sangat penting untuk kita jaga karena pasti sebenarnya ada
rasa tidak nyaman dalam diri klien untuk menceritakan masalahnya pada seseorang
yang baru dijumpai.
Banyak masalah yang
semakin bermunculan di dunia, sehingga membuat para psikolog dan ahli medis
lain pun tertantang untuk mencari tahu penyebab dan penyembuhan gangguan atau
penyakit. Gangguan-gangguan mental lebih ditangani oleh psikolog klinis dan
psikolog klinis pun ada 2 tipe, yaitu psikolog klinis dewasa dan psikolog klinis
anak. Sebenarnya, saya menjadi tertarik menjadi psikolg klinis, padahal
sebelumnya saya tertarik menjadi psikolog industri. Akan tetapi, saya masih
bingung dalam memilih mayor saya, apakah akan lebih ke psikolog klinis dewasa
atau anak. Teman-teman saya merasa saya lebih cocok ke psikolog anak karena
saya sangat menyukai anak-anak. Baik menjadi psikolog klinis dewasa maupun anak
tidaklah mudah, maka itu saya harus memikirkan matang-matang keputusan saya.
Klien psikolog
klinis dewasa biasanya pasangan yang mempunyai masalah dalam hubungannya, orang
dewasa yang bermasalah dengan kepribadiannya, dan masih banyak lagi. Klien dewasa
lebih sulit untuk langsung terbuka dan menceritakan masalahnya. Adapula klien
yang menutup-nutupi masalahnya, sehingga psikolog harus berusaha agar klien mau
bercerita jujur. Sulit pula dalam membicarakan mengenai topik-topik yang sensitif
seperti seks. Klien biasanya menghindari membahas topik tersebut. Klien anak
biasanya yang memiliki masalah di sekolah, dengan orangtua, atau
gangguan-gangguan seperti autism dan selective mutism. Biasanya, anak akan datang dengan orangtuanya
untuk konsultasi, sehingga psikolog dapat meminta orangtua untuk lebih memantau
dan menjaga anaknya. Pertemuan dengan klien-klien biasanya tidak hanya dalam
satu sesi, apalagi yang membutuhkan terapi. Maka dari itu, psikolog harus
benar-benar tulus membantu klien. Kerjasama dari klien atau orang terdekat pun
juga dibutuhkan.
~ Pengalaman sekali-duakali tidak akan cukup karena ilmu
akan terus bertambah…
No comments:
Post a Comment